Hide's August [ 2 ]
Yo yo yo.... (dengan suara berat), intro dari lagu In The Club yang dipopulerkan oleh 50 Cents. Buah jambu biji yang gue kelupas sendiri kulitnya yang nggak bersih dan gue potong memanjang tak beraturan, karena nggak jago belah buah. eits! maksudnya buah-buahan lho ya. Sekarang sudah tersaji dalam piring ceper kecil dan tinggal separo. Gelas kaca berisi air mineral yang dituang dari galon aqua yang dipasang di atas dispenser dan sekarang nampaknya tinggal sepertiganya saja, setelah berkali-kali gue teguk. itulah gambaran benda-benda yang menemani gue saat ini.
Friday, September 15, 2006 tepat pukul 2 siang. entah mengapa hasrat gue untuk menulis selalu hari jum'at. dan hasrat itu semakin mendayu-dayu setelah menjalankan sholat jum'at. hari jum'at memang memiliki suasana yang beda. lebih sejuk. perasaan gue aja seh kayaknya. hari ini gue pengen ngelanjutin penulisan cerita gue Hide's August, yang sempat terabaikan gara-gara keasyikan gue sendiri mengisi hari-hari di jakarta. sekarang gue ada di jakarta. gue akan ceritain seperti apa sebenernya yang terjadi pada diri gue, hide, yang pada akhir cerita pertamanya ingin meninggalkan rumah. ke mana sebenernya gue malam itu. malam yang bertepatan dengan malam 17 agustus, yang biasanya orang-orang di kampung berkumpul menyatukan tujuan dan menyelenggarakan acara tirakatan semeriah mungkin. gue jadi ingat masa kecil gue. kira-kira umur 10 tahun, masih SD. saat itu, gue ikut memeriahkan acara malam tirakatan di kampung dengan tampil di panggung menari dengan dua temen gue, cewek-cewek, ratih dan ita. gue nggak make-up-an. sok-sok natural gitu. huwa hha..... :D itu belasan tahun yang lalu lho... >_o kembali ke topik!
kamis,17 agt 06
gue udah sampe di stasiun besar purwokerto. semalam gue nekat pergi dari rumah tanpa pamit. kebetulan nyokap, yang malam itu ngeluarin sebuah pernyataan yang dari pernyataan itu gue nangkap bahwa nyokap nggak nerima gue apa adanya, nyokap nuntut ini-itu dari gue, nyokap tengah berada di rumah sebelah. sedang bokap sebenernya ada di dalam rumah, menjalani rutinitas beliau selepas kerja, yaitu main game di depan komputer dengan duduk di atas kursi roda favorit beliau, kursi roda nenek (almarhumah). tapi gue nyelonong begitu aja. runaway. untungnya gue masih nyimpen beberapa lembar duit di dompet. masih bisa buat beli tiket. gue sedih sekali. hidup serasa tersiksa. dan gue berjalan tanpa tujuan. sesampenya gue di stasiun, yang gue tempuh dengan bajaj bareng saudara yang kebetulan malam itu mampir di rumah dan juga akan pulang naik kereta api menuju rumahnya di daerah ragunan, gue langsung putuskan untuk nemuin abang gue di purwokerto. saudara gue sempet bertanya, "mau kemana, hi? tadi sudah bilang ke bokap?". tapi gue nggak memperhatikan dia. gue jawab sekena gue dengan suara nggak jelas. gue bener-bener nggak nyangka bakal menghadapi masalah serumit ini. sesuai prediksi, karena pegawai kantor mendapat libur dalam memperingati hari kemerdekaan RI ke-61, dari tanggal 17 - 21 agustus 2006, tiket segala jurusan dan tiket semua angkutan penumpang habis terjual. spontan saja, gue tambah bingung. gue kudu pergi ke mana? gue pergi naik apa? ditambah lagi kereta api yang rencana gue tumpangi ternyata udah berangkat 15 menit yang lalu. gue nggak tau jadwalnya. gue langsung membaca tulisan dalam reklame di atas kaca loket dan mencari-cari kereta api lain yang melewati stasiun besar purwokerto. saat itu stasiun masih sesak. terlihat barisan memanjang pada sebuah loket yang menjual tiket jurusan jakarta-bandung. saudara gue masih membantu gue mencarikan tiket. mondar-mandir nggak karuan. gue nyoba nyari tiket jurusan jakarta-surabaya, tapi, huh...dasar nasib sial, nggak dapet.
di tengah-tengah kebingungan gue, terselip asa untuk bertemu calo dan bisik hati gue "mana ni calonya, gue butuh tiketnya?!?!?". gue sampe mengharap-harap calo datang menawarkan tiket ke gue. hidup ini susah dan semakin susah saja sepertinya. "nah itu dia, coba ah", gue menuju sebuah loket tempat penjualan tiket kereta api jurusan jakarta-solo, yang sebenernya sudah terpampang "TIKET HABIS" di depannya. tapi nampaknya masih ada hidung-hidung yang membeli dan mendapatkan tiket di loket itu. dan akhirnya gue beli setelah mendapat penjelasan tiket untuk yang ada tempat duduknya habis. nggak pa-pa. gue hampiri saudara gue untuk pamitan dan mengucapkan terima kasih. saudara gue menghilang entah ke mana. kereta api yang bakal gue tumpangi masih lama berangkatnya. satu jam lagi. gue punya cara jitu untuk mengamankan diri dari penjahat-penjahat stasiun selama nunggu kereta. masuk box dunkin donuts dan membeli minuman apa saja. kalo laper, beli donut dua saja yang kecil. itu cara jitu gue. aman kan....?! malam itu gue terpaksa beli es susu coklat. gue nggak tau lagi harus milih apa. gue nggak selera makan. perut pun menolak diisi. sembari merenung, gue sesekali menyeruput air susu coklat dingin lewat pipet alias sedotan. suara menggaung keluar di sekitar stasiun dan memberitahukan kereta api tumpangan gue udah datang dan penumpang disuruh naik. dengan meninggalkan setengah gelas es susu coklat, gue langsung berjalan mendekati rel panjang jalur 2. gue cari gerbong seselera gue. gue nggak perlu memastikan gerbong mana yang harus gue tumpangi, karena dalam tiket yang gue pegang sekarang, terbaca "TANPA TEMPAT DUDUK". bunyi peluit pun terdengar, menandakan kereta api akan segera meninggalkan stasiun. sebelum gue melakukan tradisi lesehan, gue sempet tengak-tengok tempat duduk berharap ada yang kosong. bila ada yang kosong, kemungkinan besar memang nggak ada yang nempatin. bener! diam-diam gue udah duduk di atas kursi. kereta api udah jalan. gue duduk sendirian. gue heran, terlihat jelas penumpang di dalam kereta api itu banyak yang berdiri, tapi kok tempat duduk masih ada yang kosong. perasaan gue tiba-tiba nggak tenang. secepat kilat gue menghapus perasaan nggak nyaman tadi. gue teringat kalo gue belum menjalankan sholat isya'. dengan bertayammum, gue menyegerakan sholat saat itu juga. bersamaan dengan selesainya gue sholat, kereta api pun berhenti. "di stasiun mana ni?", gue membatin. perasaan gue jadi galau. gue semakin nggak nyaman setelah orang-orang di stasiun itu masuk gerbong dan mencari-cari tempat duduk sambil mencermati tiket mereka. gue udah berdiri. sial! tempat duduk jadi penuh, termasuk tempat duduk yang gue tempatin buat sholat tadi. bukan hanya tempat duduk, latar tempat orang jalan pun sudah sesak tak bisa dibuat jalan lagi. malam ini bener-bener malam kemalangan gue. gue duduk menarik kaki ke dekat perut. sempit. handphone gue bunyi. gue hanya terbangun dari tidur yang setengah-setengah. gue teringat temen-temen, yang gue kirimi sms saat berada di dunkin donuts. gue minta di-missed call jam 2. tujuannya biar gue nggak kebablasan sampe solo. gue kudu turun di purwokerto dan menurut perkiraan, kereta api tumpangan gue akan tiba di purwokerto sekitar jam 2. gue membuka saku jaket gue yang ber-resleting dan mengambil handphone dari dalamnya. gue liat nama di layar. ternyata saudara gue, lakoni. nggak gue angkat. gue hanya mengiya-iyakan dering handphone itu. sepertinya saudara gue, lakoni, masih terjaga. mungkin begadang atau mungkin acara tirakatan ditempatnya masih berlanjut. saudara gue kembali membuat handphone gue bergetar. gue nggak angkat. beberapa menit kemudian handphone bergetar lagi. kutengok ke layar. ternyata putu. semalam gue juga kirim sms ke putu minta di-missed call. tiba-tiba kereta api berhenti. gue meneruskan pandangan ke luar kaca, melihat-lihat papan tulisan nama stasiun. sepertinya bukan. kereta api terus bergerak. hingga mendekati jam empat, ada seorang penumpang, cewek, berdiri membawa barang-barangnya. gue nanya di mana mbak itu akan turun. purwokerto. untung... gue ada temennya, sekaligus menepis kebimbangan kalo kereta api ini sudah melewati purwokerto. dari pintu gerbong yang sama, gue turun dengan dua orang cewek. yang satu, kira-kira seumuran dengan abang gue yang mau gue temuin dan yang satu lagi sepertinya udah sampe tigapuluhan tahun usianya. di ruang tunggu stasiun purwokerto, gue berdiri di satu sisi dan mencoba menghubungi abang gue. semakin sial! handphone nggak aktif. handphone abang gue emang drap-drop-drap-drop mlulu. sekitar jam setengah tujuh, gue dibangunin oleh nada dering handphone gue. gue yang tertidur di bangku panjang, di sekitar ruang tunggu stasiun, terlihat seperti orang hilang. iya, ternyata abang gue yang menelepon. abang gue menjelaskan bahwa hp mati, kemudian nyuruh gue tetap nunggu di stasiun karena mbak asri, tunangan abang gue, bakal jemput, tanpa menanyakan jam berapa gue tiba. huh! gue duduk di depan dan mbak asri bonceng di belakang. gue udah mengendarai sepeda motor warna biru, milik mbak asri. Calon kakak ipar gue yang satu ini memang baik. Tau banget apa yang harus ditanyakan kepada adiknya yang baru tiba, begitu baiknya mbak asri ke gue, dia langsung menanyakan pukul berapa tiba. setelah gue jawab, dengan nada lirih dan rasa iba, mbak asri menuturkan rasa kasihannya. bener-bener..... kasihannn dech gue!