Wednesday, June 07, 2006

Pertemuan antara kiki & hihi


Hari itu kiki merencanakan pertemuan dengan teman lamanya. Teman yang pernah ia kenal selama beberapa bulan saat singgah di negeri jiran untuk mengikuti suatu pelatihan. Namanya hihi. Dulu, hihi secara kebetulan adalah teman sekamar dengan kiki di sana. Melewati hidup bersama selama berbulan-bulan, tidur sekamar, makan bersama, membuat segalanya yang bermula tidak kenal menjadi terbiasa dan biasa.

Pelatihan itu usai sudah. Satu persatu peserta dari Indonesia kembali ke tanah air. Hihi ingin pulang lebih awal. Akhirnya hihi pulang bersama bang amran, yang juga ada di sana saat itu dan ternyata sudah menyelesaikan jenjang sarjananya. Secara hormat dan santun, kami memanggilnya dengan sapaan abang, karena lebih tua dari kami. Sedangkan kiki masih ingin menikmati suasana hangat di negeri tersebut. Hingga akhirnya ia habiskan waktunya selama hampir setahun di sana. Meskipun akhirnya kiki bertukar pengalaman yang sedikit pahit berlama-lama di sana, karena lingkungan yang ia singgahi ternyata tidak cukup nyaman dan juga tidak cukup harmonis. Begitulah cerita awalnya.

Tiba di tanah air, si hihi mendaftarkan diri di sebuah perguruan tinggi swasta di jogjakarta. Dia mengambil program studi Teknik Informatika. Pada tahun berikutnya, barulah si kiki memulai kuliah di kota asalnya, pekanbaru. Tak begitu jelas siar kabar teman-teman yang dulu pernah berkenalan di negeri jiran, walaupun sesekali masih berhubungan via handphone. Dua tahun berlalu, kabar dari jogjakarta tidak begitu menyedihkan. Hihi bisa mengikuti perkuliahan dengan baik, terbukti dengan hasil prestasinya mencapai IP 3,.. (tiga koma). Walau dalam tiap semesternya selalu mengalami laju prestasi yang naik turun. Hihi pernah mendapat IP 3,42. juga pernah mendapat IP 3,25. Yang cukup mengagumkan adalah saat hihi mencapai IP 3,71. ya…begitulah….naik turun ^.^

Tapi, entah mengapa mahasiswa dari pekanbaru, si kiki, tiba-tiba mengguncang kabar, bahwa ia telah pindah kuliah di Jakarta. Hou…. Cukup mengejutkan. Ada apa dengan kiki?

Cowok berpenampilan macho, rambut cepak, tubuh tinggi, berkulit sawo matang ini berbagi cerita pada hihi, kalau dia sudah kuliah di Jakarta dan tinggal bersama oomnya alias pamannya. Dia juga mengatakan kehidupannya sekarang lebih rapi. Dulu, saat di negeri jiran, ia terkenal dengan ketidaktahuannya akan agama. Kini, tinggal bersama oomnya, kiki sedikit mengerti tentang ibadah. Hanya saja, dengan jujur ia bercerita pada hihi, bahwa ia semakin kuat menghisap rokok. Padahal dulunya, sepengetahuan hihi saat atinggal bersama di negeri jiran, kiki adalah sosok pemuda tanpa rokok. Pernah saat itu, para peserta latihan bermain ke pantai. Di situ kiki mencoba sebatang rokok jenis biasa, jenis mild. Tampak sekali bahwa ia memang bukan perokok. Hisapannya sangat-sangat polos. Tidak sekuat hisapan para pecandu. Tapi kini, hihi melihat dengan dua bola matanya sendiri, bahwa kiki menghisap kuat rokok jenis gudang garam!

Tahun 2006 menjadi tahun berpikir bagi warga jogjakarta. Termasuk hihi yang sedang studi di kota pelajar tersebut. Gempa dahsyat sebesar 5,9 pada skala richter telah membuat lara isi kota jogja. Tepatnya di bantul, rumah-rumah telah menjadi puing-puing yang tak bernyawa. Semuanya rata dengan tanah. Walaupun ada beberapa bangunan di bantul yang masih berdiri dengan retak-retak. Seperti gedung kampus si hihi, yang memang berada di bantul. Ia masih berdiri, tapi runtuhan pian-pian dan eternit tetap membuat keluarga besar kampus itu menjadi sesak. Akhirnya kampus meliburkan pegawai dan karyawan serta mahasiswanya hingga tanggal 10 Juni 2006. Semoga kondisi jogjakarta segera membaik. Amin……

Tak hanya kampus itu saja yang meliburkan perkuliahannya. Kampus lain di jogjakarta pun sebagian besar membuat jeda proses pendidikan dengan mengundurkan jadwal kuliah, yang sebenarnya sudah memasuki masa ujian akhir, dalam rentang waktu yang sama dengan kampus hihi, yaitu sampai tanggal 10 Juni 2006.

Melihat kondisi seperti ini, hihi yang berpikir jika ada di jogjakarta akan membuat repot orang, ia memutuskan untuk pulang mencari tempat aman, sama seperti yang dilakukan teman-teman kampusnya, supaya dapat menenangkan diri dari rasa terguncang saat peristiwa gempa itu.

Semarang menjadi kota pertama yang ia injak sebagai tempat menenangkan diri. Tak berpikir panjang, hihi ingin bertemu orangtuanya di Jakarta. Akhirnya hihi melanjutkan perjalanan ke kota metropolitan itu.

Sesampai di Jakarta, hari-hari yang dilewati di sana membuat diri hihi menjadi lebih baik. Meski terkadang, rasa terguncang oleh gempa masih menghantuinya. Entah mengapa ada perasaan seperti itu? Semoga diri hihi lebih kuat……..

Kirim-kirim SMS (sort message service) dengan teman pun hihi lakukan. Menanyai kabar teman di jogjakarta dan juga memberitahu kabar diri hihi kepada teman-temannya di seluruh penjuru tanah air. Termasuk kepada kiki, hihi juga memberitahukan kabar dirinya.

Hihi yang saat itu memang tengah berada di Jakarta, diajak oleh kiki untuk bertemu melepas rindu. Ditulisnya dalam pesan singkat yang ditujukan kepada hihi, si kiki mengajak bertemu di kampusnya di Jakarta Selatan. Hihi pun membalas pesan tersebut dengan bertanya kepada kiki:

“kul hr pa za?da jdwl kul yg pagi g, biar hihi naek angkotN enak, klo siang panas…”.

Pesan singkat di atas, seperti bentuk SMS yang lain, memang kata-katanya disingkat, maksud isinya adalah hihi menanyakan jadwal kuliah kiki hari apa, kemudian hihi juga menanyakan ada jadwal kuliah yang pagi nggak. Hihi berharap jawabannya ada, karena ingin berangkat pagi supaya lebih adem di dalam angkot.

Pada hari yang sama, yaitu Sunday, berselang beberapa menit, Kiki pun memberi balasan:

“besok pagi ditunggu, friend!”

Ya…perputaran bumi pada porosnya telah membuat perpindahan waktu dari malam menjadi siang. Hari berganti, si hihi menyambut pagi. Meski telat bangun, hihi menyegerakan diri untuk sholat shubuh. Dengan niat ingin bertemu teman lama di pagi hari, maka hihi langsung gerak cepat, hihi langsung nyantap sarapan. Kemudian mempersiapkan diri dan berangkat sekitar jam 8.

Naek angkot jurusan SENEN. Dari sana langsung ke BLOK M. Kemudian hihi mencari metro mini 69, untuk mencapai tujuan akhir. Hihi pun menaiki metro mini yang sudah dikejarnya di sekitar terminal BLOK M.

Panas…!
Tapi tak apalah. Kalau berkeringat bisa dilap pakai sapu tangan. Kalau tidak bawa, bisa beli tisu. Iya
kan……..

Di dalam metro mini yang cukup panas itu, hihi dengan sedikit waswas, karena terlalu sering mendengar ocehan orang-orang yang mengatakan naik bis di Jakarta itu bahaya karena banyak copet, mencoba mendekati seorang ibu yang saat itu sedang duduk bersama seorang putrinya. Hihi pun bertanya:

“ini lewat kampus ya bu?”

Ibu itu langsung menjawab:

“oiya, ini nanti lewat kok”, diakhiri senyuman oleh ibu itu.

Cukup jauh…..!
Kutengok ibu tadi, yang sepertinya ingin turun. Ibu itu melihat-lihat bangunan di kanan dan kiri jalan. Mencari-cari. Tiba-tiba ibu itu berkata:

“itu kampusnya, mas!”

oh, terkejutnya si hihi. Dengan penuh rasa terima kasih, hihi berkata kepada ibu itu:

“o….itu ya bu”.

Tanpa pikir-pikir, hihi pun turun dari angkot. hihi kembali memencet tombol-tombol di handphonenya, mengirim pesan kepada kiki untuk memberitahu bahwa dirinya sudah sampai di depan gerbang kampus.

Setelah melalui tanya-jawab dalam SMS, akhirnya hihi bertemu dengan kiki. Entah kalimat apa yang terucap oleh kiki kali pertama saat itu. Kiki pun berjabat tangan dengan teman lamanya, dengan gaya seperti jabat tangan pemuda lainnya, sembari menanyakan kabar satu sama lain. Kiki pun mengajak hihi ke kantin kampusnya untuk menengguk minuman, menghilangkan haus.

Dalam perjalanan ke kantin, kiki bercakap-cakap memberi komentar terhadap penampilan hihi saat itu.

Seperti ini percakapan yang berlangsung saat itu:

Kiki : “tambah gemuk aja, hi”

Hihi : “oh ya, makasih, dirimu makin berotot aja kelihatannya….atau makin kurus ya?”

Kiki : “ya ginilah, hi. Eh hi, gimana kampus lu?”

Hihi : “jogja kena gempa. Paling parah di bantul. Gedung kampusku di sana. Tapi masih berdiri”

Kiki : “retak-retak nggak?”

Hihi : “ya, ada yang retak-retak, tapi nggak sampai runtuh”

Hihi pun belum begitu sadar bahwa dirinya telah bertemu kembali dengan teman lamanya. Oleh karena itu, ia ingin meyakinkan dirinya bahwa ia benar-benar sedang berjalan dengan teman lamanya, dengan mengeluarkan celotehan ini:

Hihi : “ini kiki, kan?”

Sambil memutar tubuh kiki 45 derajat, hihi memastikan. Hihi pun akhirnya yakin.

Hihi : “o………..iya….he….”

Kiki : “kos gimana, hi?”

Hihi : “oh, rumahku nggak pa-pa. kan ada di sleman. Mungkin kalo di bantul ikut hancur”

Kiki pun menunjuk ke arah sebuah bangunan. Ternyata itu kantin. Dengan baiknya, kiki menawarkan minuman.

Kiki : “minum apa, hi?”

Hihi : “oh…sama aja lah ama lu”

Kiki : “samanya apa?”

Hihi : “iya dech, teh botol juuga boleh”

Kiki pun memesan minuman di kantin tersebut. Datanglah minuman itu. Seteguk air berasa teh pun menyegarkan kembali tubuh hihi.

Obrolan berlanjut. Si kiki tak henti-hentinya ingin tau kabar hihi. Kiki terus-menerus mengeluarkan pertanyaan yang harus dijawab oleh hihi. Seperti interogasi, man!

Pertanyaan-pertanyaan yang menyerupai deretan gerbong kereta api itu satu persatu dijawab oleh hihi. Hingga akhirnya, tiba-tiba kiki mengeluarkan kesimpulan. Ya….kesimpulan yang mungkin ditunggu-tunggu. Ini dia pernyataan yang keluar dari mulut kiki, yang ditampilkan per potong kalimat.

Kiki : “kok kayak gitu seh, hi. Maen-maen donk, jangan di rumah aja”

Kiki : “mau jadi apa entar!”

Kiki : “entar disuruh keluar-keluar, nggak tau jalan lagi”

Kiki : “udah 3 tahun, hi!!!”

Kiki : “masa’ nggak ada perubahan!?!?!?!”

Wow…..dalam hati hihi, betapa terkejutnya ia. Ia pun melontarkan pertanyaan kepada kiki.

Hihi : “berubah gimana, ki?”

Kiki : “orang tu berubah tambah rusak. Ato tambah brutal, gitu”

Buju buneng…

Hihi : “enggak. Tetep alim seperti yang dulu”

Dari kesemuanya ini, hihi pun berpikir, yang mana yang benar…main-main keliling kota, mungkin biar gaul, biar tau jalan, biar tau lingkungan de el el. Atau kah dengan kondisi alim seperti yang dulu, selalu di dalam rumah tiap malamnya, tapi kurang begitu mengenali lingkungan, tidak meliarkan diri ini sudah benar. Haruskah hihi memilih?

Memang orang diciptakan dengan berbagai kemampuan nilai nurani yang berbeda-beda. Orang juga diciptakan dengan kadar sosial yang tingkatnya berbeda-beda pula. Mungkin kiki merasa kecewa atas ketidakadanya perubahan pada diri hihi yang seharusnya lebih bisa bersosialisasi. Lebih gaul. Ya….mau apa lagi….

Detik-detik terakhir menjelang perpisahan kembali dua insan dalam negeri yang dipertemukan dengan tidak sengaja di negeri seberang, obrolan semakin ringan. Tidak ada lagi pertanyaan keingintahuan kiki terhadap kabar hihi yang telah 3 tahun tak bersua. Obrolan di detik terakhir itu hanya membicarakan fasilitas kampus dan semacamnya. Sempat si hihi balik bertanya pada kiki:

Hihi : “dari tadi kiki terus yang nanya, gantian hihi donk”

Kiki : “iya, nanya apa?”

Hihi : “gimana kabar kiki?”

Kiki : “buruk, hi!”

Hihi : “buruk gimana?”

Kiki : “ya…sekarang tinggal di Jakarta sama oom nggak bebas. Nggak kayak dulu di pekanbaru. Bebas. Banyak teman yang bisa diajak main di sana

Detik terakhir di kantin pun telah tiba. Dalam perjalanan keluar gerbang kampus, sambil jalan, ngobrol juga.

Kiki : “bangunan sebelah itu asrama, hi.”

Hihi : “Asrama apa? Milik kampus?”

Kiki : “cewek. Bukan milik kampus…”. Di situ texas, hi!”

Hihi : “texas maksudnya apa?”

Kiki : “bebas”

Hihi : “bebas gimana?”

Kiki : “ya tamu cowok boleh masuk kamar. Di jogja banyak yang texas juga kan, hi?”

Hihi : “ya….”

Dalam hati, hihi tersenyum tertawa, lumayan dapat vocab baru “texas”. Hihihi….

Perjalanan keluar gerbang kampus yang lumayan memakan waktu itu, menyempatkan hihi melihat-lihat fasilitas kampus tempat kiki kuliah. hihi bertanya hingga membuat kiki tertawa kecil:

Hihi : “ada musholla, ki?”

Kiki : “oh, ada, tu (sambil menunjuk ke arah belakang). Mau mampir?”

Hihi : “enggak…”

Kiki : “ya kalo-kalo mau sholat apa gitu… (sambil senyum kecil)”

Hihi : “ye….mana ada. Orang baru jam 11”

Sampai di depan gerbang, kiki menemani hihi menghadang angkot untuk pulang, mencari metro mini jurusan blok m, nomer 69, yang memang sangat banyak metro mini 69 yang lalu-lalang di situ.

Yang jelas…tiap perpisahan, bila ada umur panjang, pasti ada pertemuan kembali 8-),






 

Hak cipta © HIDAYATULLAH 2006 - All rights reserved | WEB DAY | FRIENDSTER DAY | FOTO DAY