Pertemuan antara kiki & hihi
Hari itu kiki merencanakan pertemuan dengan teman lamanya. Teman yang pernah ia kenal selama beberapa bulan saat singgah di negeri jiran untuk mengikuti suatu pelatihan. Namanya hihi. Dulu, hihi secara kebetulan adalah teman sekamar dengan kiki di
Pelatihan itu usai sudah. Satu persatu peserta dari
Tiba di tanah air, si hihi mendaftarkan diri di sebuah perguruan tinggi swasta di
Tapi, entah mengapa mahasiswa dari pekanbaru, si kiki, tiba-tiba mengguncang kabar, bahwa ia telah pindah kuliah di
Cowok berpenampilan macho, rambut cepak, tubuh tinggi, berkulit sawo matang ini berbagi cerita pada hihi, kalau dia sudah kuliah di
Tahun 2006 menjadi tahun berpikir bagi warga
Tak hanya kampus itu saja yang meliburkan perkuliahannya. Kampus lain di jogjakarta pun sebagian besar membuat jeda proses pendidikan dengan mengundurkan jadwal kuliah, yang sebenarnya sudah memasuki masa ujian akhir, dalam rentang waktu yang sama dengan kampus hihi, yaitu sampai tanggal 10 Juni 2006.
Melihat kondisi seperti ini, hihi yang berpikir jika ada di
Sesampai di Jakarta, hari-hari yang dilewati di
Kirim-kirim SMS (sort message service) dengan teman pun hihi lakukan. Menanyai kabar teman di
Hihi yang saat itu memang tengah berada di
“kul hr pa za?da jdwl kul yg pagi g, biar hihi naek angkotN enak, klo siang panas…”.
Pesan singkat di atas, seperti bentuk SMS yang lain, memang kata-katanya disingkat, maksud isinya adalah hihi menanyakan jadwal kuliah kiki hari apa, kemudian hihi juga menanyakan ada jadwal kuliah yang pagi nggak. Hihi berharap jawabannya ada, karena ingin berangkat pagi supaya lebih adem di dalam angkot.
Pada hari yang sama, yaitu Sunday, berselang beberapa menit, Kiki pun memberi balasan:
“besok pagi ditunggu, friend!”
Ya…perputaran bumi pada porosnya telah membuat perpindahan waktu dari malam menjadi siang. Hari berganti, si hihi menyambut pagi. Meski telat bangun, hihi menyegerakan diri untuk sholat shubuh. Dengan niat ingin bertemu teman lama di pagi hari, maka hihi langsung gerak cepat, hihi langsung nyantap sarapan. Kemudian mempersiapkan diri dan berangkat sekitar jam 8.
Naek angkot jurusan SENEN. Dari
Panas…!
Tapi tak apalah. Kalau berkeringat bisa dilap pakai sapu tangan. Kalau tidak bawa, bisa beli tisu. Iya
Di dalam metro mini yang cukup panas itu, hihi dengan sedikit waswas, karena terlalu sering mendengar ocehan orang-orang yang mengatakan naik bis di Jakarta itu bahaya karena banyak copet, mencoba mendekati seorang ibu yang saat itu sedang duduk bersama seorang putrinya. Hihi pun bertanya:
“ini lewat kampus ya bu?”
Ibu itu langsung menjawab:
“oiya, ini nanti lewat kok”, diakhiri senyuman oleh ibu itu.
Cukup jauh…..!
Kutengok ibu tadi, yang sepertinya ingin turun. Ibu itu melihat-lihat bangunan di kanan dan kiri jalan. Mencari-cari. Tiba-tiba ibu itu berkata:
“itu kampusnya, mas!”
oh, terkejutnya si hihi. Dengan penuh rasa terima kasih, hihi berkata kepada ibu itu:
“o….itu ya bu”.
Tanpa pikir-pikir, hihi pun turun dari angkot. hihi kembali memencet tombol-tombol di handphonenya, mengirim pesan kepada kiki untuk memberitahu bahwa dirinya sudah sampai di depan gerbang kampus.
Setelah melalui tanya-jawab dalam SMS, akhirnya hihi bertemu dengan kiki.
Dalam perjalanan ke kantin, kiki bercakap-cakap memberi komentar terhadap penampilan hihi saat itu.
Seperti ini percakapan yang berlangsung saat itu:
Kiki : “tambah gemuk aja, hi”
Hihi : “jogja kena gempa. Paling parah di bantul. Gedung kampusku di
Kiki : “retak-retak nggak?”
Hihi : “ya, ada yang retak-retak, tapi nggak sampai runtuh”
Hihi pun belum begitu sadar bahwa dirinya telah bertemu kembali dengan teman lamanya. Oleh karena itu, ia ingin meyakinkan dirinya bahwa ia benar-benar sedang berjalan dengan teman lamanya, dengan mengeluarkan celotehan ini:
Hihi : “ini kiki,
Sambil memutar tubuh kiki 45 derajat, hihi memastikan. Hihi pun akhirnya yakin.
Hihi : “o………..iya….he….”
Kiki : “kos gimana, hi?”
Hihi : “oh, rumahku nggak pa-pa.
Kiki pun menunjuk ke arah sebuah bangunan. Ternyata itu kantin. Dengan baiknya, kiki menawarkan minuman.
Kiki : “minum apa, hi?”
Hihi : “oh…sama aja lah ama lu”
Kiki : “samanya apa?”
Hihi : “iya dech, teh botol juuga boleh”
Kiki pun memesan minuman di kantin tersebut. Datanglah minuman itu. Seteguk air berasa teh pun menyegarkan kembali tubuh hihi.
Obrolan berlanjut. Si kiki tak henti-hentinya ingin tau kabar hihi. Kiki terus-menerus mengeluarkan pertanyaan yang harus dijawab oleh hihi. Seperti interogasi, man!
Pertanyaan-pertanyaan yang menyerupai deretan gerbong kereta api itu satu persatu dijawab oleh hihi. Hingga akhirnya, tiba-tiba kiki mengeluarkan kesimpulan. Ya….kesimpulan yang mungkin ditunggu-tunggu. Ini dia pernyataan yang keluar dari mulut kiki, yang ditampilkan per potong kalimat.
Kiki : “kok kayak gitu seh, hi. Maen-maen donk, jangan di rumah aja”
Kiki : “mau jadi apa entar!”
Kiki : “entar disuruh keluar-keluar, nggak tau jalan lagi”
Kiki : “udah 3 tahun, hi!!!”
Kiki : “masa’ nggak ada perubahan!?!?!?!”
Wow…..dalam hati hihi, betapa terkejutnya ia. Ia pun melontarkan pertanyaan kepada kiki.
Hihi : “berubah gimana, ki?”
Kiki : “orang tu berubah tambah rusak. Ato tambah brutal, gitu”
Buju buneng…
Hihi : “enggak. Tetep alim seperti yang dulu”
Dari kesemuanya ini, hihi pun berpikir, yang mana yang benar…main-main keliling kota, mungkin biar gaul, biar tau jalan, biar tau lingkungan de el el. Atau kah dengan kondisi alim seperti yang dulu, selalu di dalam rumah tiap malamnya, tapi kurang begitu mengenali lingkungan, tidak meliarkan diri ini sudah benar. Haruskah hihi memilih?
Memang orang diciptakan dengan berbagai kemampuan nilai nurani yang berbeda-beda. Orang juga diciptakan dengan kadar sosial yang tingkatnya berbeda-beda pula. Mungkin kiki merasa kecewa atas ketidakadanya perubahan pada diri hihi yang seharusnya lebih bisa bersosialisasi. Lebih gaul. Ya….mau apa lagi….
Detik-detik terakhir menjelang perpisahan kembali dua insan dalam negeri yang dipertemukan dengan tidak sengaja di negeri seberang, obrolan semakin ringan. Tidak ada lagi pertanyaan keingintahuan kiki terhadap kabar hihi yang telah 3 tahun tak bersua. Obrolan di detik terakhir itu hanya membicarakan fasilitas kampus dan semacamnya. Sempat si hihi balik bertanya pada kiki:
Hihi : “dari tadi kiki terus yang nanya, gantian hihi donk”
Kiki : “iya, nanya apa?”
Hihi : “gimana kabar kiki?”
Kiki : “buruk, hi!”
Hihi : “buruk gimana?”
Kiki : “ya…sekarang tinggal di
Detik terakhir di kantin pun telah tiba. Dalam perjalanan keluar gerbang kampus, sambil jalan, ngobrol juga.
Kiki : “bangunan sebelah itu asrama, hi.”
Hihi : “Asrama apa? Milik kampus?”
Kiki : “cewek. Bukan milik kampus…”. Di situ texas, hi!”
Hihi : “texas maksudnya apa?”
Kiki : “bebas”
Hihi : “bebas gimana?”
Kiki : “ya tamu cowok boleh masuk kamar. Di jogja banyak yang texas juga
Hihi : “ya….”
Dalam hati, hihi tersenyum tertawa, lumayan dapat vocab baru “texas”. Hihihi….
Perjalanan keluar gerbang kampus yang lumayan memakan waktu itu, menyempatkan hihi melihat-lihat fasilitas kampus tempat kiki kuliah. hihi bertanya hingga membuat kiki tertawa kecil:
Hihi : “ada musholla, ki?”
Kiki : “oh, ada, tu (sambil menunjuk ke arah belakang). Mau mampir?”
Hihi : “enggak…”
Kiki : “ya kalo-kalo mau sholat apa gitu… (sambil senyum kecil)”
Hihi : “ye….mana ada. Orang baru jam 11”
Sampai di depan gerbang, kiki menemani hihi menghadang angkot untuk pulang, mencari metro mini jurusan blok m, nomer 69, yang memang sangat banyak metro mini 69 yang lalu-lalang di situ.
Yang jelas…tiap perpisahan, bila ada umur panjang, pasti ada pertemuan kembali 8-),